BI dan MES Cirebon, Bersinergi Mewujudkan Santripreneur yang Berjiwa Islamicentrepreneurship

‘Akselerasi Pengembangan Ekonomi Syariah melalui Pemberdayaan Pondok Pesantren: Pendalaman Lembaga Keuangan Syariah & Sektor Riil’, menjadi tema besar seminar yang diadakan oleh Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Cirebon, bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon pada Kamis (16/04/15).

Bapak Asep Budi Brata selaku pimpinan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon dalam sambutannya mengatakan bahwa
latar belakang pengambilan tema besar seminar ini adalah pondok pesantren masih didominasi untuk hal-hal yang bersifat vertikal sehingga kurang bisa bersaing, pemberdayaannya lebih kepada syiar agama sedangkan dalam sosial dan bisnis masih kurang,
“Untuk yang bersifat horizontal, masih perlu didorong,” dengan tujuan membangun pengembangan ekonomi Islam secara lebih nyata, terutama di daerah Cirebon yang dikenal dengan ‘kota wali’.

Acara yang dibarengi pelantikan Pengurus MES Cirebon Periode 2015-2018 yang bertempat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Jl. Yos Sudarso No. 5-7 Cirebon ini dimulai pada pukul 08.30 WIB dengan agenda pembukaan acara, pembacaan sususan kepengurusan MES, dan pembacaan ikrar sebagai pengikat pada kepengurusan di MES pada empat tahun mendatang. Pukul 10.00 dilanjutkan dengan sambutan dari Dr. Asep Budi Brata serta Helma Agus Setiawan M.Ei.
“Santri teh lain tiasa ngaji wae, oge tiasa ngejo” (baca: santri itu bukan hanya bisa mengaji saja, juga bisa membuat nasi),” papar Bapak Helma, perwakilan pengurus MES regional Jawa Barat sehingga lahirlah konsep ‘santripreneur’ yang berjiwa ‘entrepreneurship’, dimana pondok pesantren sebagai ujung tombak pengembangan syiar dan kewirausahaan Islam.

Sub tema materi seminar “Kebijakan dan Dukungan Bank Indonesia dalam Pengembangan Ekonomi Islam dipaparkan oleh Bapak Asep. Beliau memaparkan bahwa dari jumlah pondok pesantren di Jawa Barat, 29%-nya berada di wilayah III Cirebon. Dukungan yang ditawarkan Bank Indonesia dalam pengembangan ekonomi Islam ini adalah sebagai fasilitator dan training assistance. Selain Bank Indonesia, disinergikan pula dengan dukungan dari Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi dan akademisi serta organisasi. Beliau pun menjelaskan latar belakang pengembangan ekonomi syariah,
“Mayoritas penduduk dunia sudah tidak percaya dengan ekonomi kapitalis, terutama yang terkena dampak krisis moneter”, yang dimaksud beliau adalah beberapa negara seperti Italia, Spanyol, dan Yunani. Ketidakpercayaan tersebut dikarenakan adanya peningkatan hutang negara, pengangguran, inflasi dan kesenjangan. Untuk itu, peran aktif ulama dalam hal ini sangat dibutuhkan dalam pengembangan ekonomi syariah melalui pondok pesantren.

Terkait dengan ekonomi syariah terutama yang difokuskan di daerah Cirebon, pemateri ketiga, Dr. Ahmad Kholik, M.A, menegaskan bahwa potensi di daerah Cirebon ini sangat besar, diantaranya adanya komunitas muslim sebesar 97%, lembaga pendidikan keagamaan yang tumbuh subur, banyaknya sekolah Islam dan lembaga birokrasi pemerintahan, letak geografis yang strategis, pertumbuhan potensi bisnis yang berkembang linier, dan yang terpenting adalah Cirebon sebagai kota ‘wali’ dan akulturasi budaya Cirebon yang kuat.
Ustadz Dede Muharam Lc., praktisi dan pengusaha muslim yang menjadi pemateri terakhir berpesan untuk para mahasiswa, jika mengejar IPK tanpa belajar berdagang maka hanya akan menjadi ahli riset tanpa tahu penerapannya. Setelah pemaparan dari keempat pemateri, dilanjutkan dengan tanya jawab dengan peserta seminar kurang lebih sampai dengan pukul 13.00.


Penulis: Widya Imrani

Posting Komentar